BODY IMAGE, ISTILAH YANG NGETREND DI ERA SEKARANG, APA SIH ITU?

BODY IMAGE

            Body Image merupakan gambaran yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri sebagai makhluk yang mempunyai fisik, fisik yang dimaksud disini adalah bentuk tubuh seorang remaja, karena pada masa remaja, seorang akan mengalami pubertas, dimana kita ketahui ketika seorang remaja harus siap menerima perubahan pada dirinya Burn (1993:189) Menurut Honigam dan Castle (Januar, 2007) Body Image merupakan gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian atas apa yang dipikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang dipikirkan dan dirasakan olehnya, belum tentu benar-benar mempresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang bersifat subjektif. Tingkat Body image individu digambarkan oleh seberapa jauh individu merasa puas terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik secara keseluruhan serta menambahkan tingkat penerimaan citra raga sebagian besar tergantung pada pengaruh sosial budaya yang terdiri dari empat aspek yaitu reaksi orang lain, perbandingan dengan orang lain, peranan individu dan identifikasi terhadap orang lain (Thompson, 2000)

Remaja pada berada pada tingkat perkembangan yang disebut “masa remaja atau pubertas”. Masa remaja merupakan masa peralihan atau masa transisi, dimana remaja belum sungguh-sungguh dikatakan dewasa dan sudah tidak bisa lagi dikatakan kanak-kanak. tekanan yang muncul pada diri remaja salah satunya dipicu karena terjadinya perubahan pada fisik remaja, yaitu perkembangan tanda kelamin sekunder, yang menimbulkan rasa aneh dan tidak nyaman serta berbeda dengan remaja yang lain. Akibat yang timbul dari hal tersebut remaja akan menjadi salah tingkah dan bingung yang menyebabkan timbulnya rasa tidak puas terhadap dirinya. Perasaan tidak puas terhadap dirinya menunjukan bahwa remaja menolak tubuhnya. Seorang remaja yang memandang serta menilai tubuhnya sendiri sesuai dengan apa yang dia inginkan maupun dengan ideal yang ada, maka jelas akan memberikan keuntungan positif bagi diri remaja itu sendiri.

Body image yang positif atau yang sehat, seorang remaja akan mempunyai penilaian atau pandangan yang baik terhadap ukuran dan bentuk tubuh mereka dan mereka merasa nyaman dengan keadaan tubuhnya itu yang akan diwujudkan dalam sikap percaya diri dan konsep diri yang sehat. Contohnya saja seorang remaja yang berperilaku positif terhadap dirinya sendiri adalah seorang remaja yang mampu menerima bagian dari tubuh mereka, sebagaimana yang telah dianugerahi oleh tuhan terhadap dirinya. Dengan Body image yang negatif, seorang remaja itu akan memiliki pandangan yang negatif juga terhadap bentuk serta ukuran tubuhnya, atau orang-orang disekitarnya yang sebaya dengan mereka itu, dan merasa minder serta khawatir tentang tubuh mereka sehingga mereka menjadi individu yang tidak puas dengan dirinya sendiri. Menjadi sulit menerima diri apa adanya, peka terhadap kritikan, tidak merespon pujian dan pesimis sendiri, dengan keadaan dirinya sendiri. Faktanya banyak pada remaja sekarang mempunyai masalah terhadap dirinya sendiri, mereka berusaha menutupi masalah itu, tidak merasa memiliki masalah ketika dihadapkan kepada penampilan mereka. Hal ini dibuktikan dengan sebanyak 93,5% remaja putri memiliki body image negatif. Ini dapat diartikan sebagian besar remaja putri memiliki rasa ketidakpuasan akan body imagenya dan berharap memiliki tubuh yang lebih kecil dan sempurna. Hal ini berbanding terbalik dengan remaja putra dengan nilai prevalensi 35% dengan arti remaja putra lebih mengutamakan prestasi daripada mengurus bentuk tubuh yang ideal.

Body image memiliki banyak faktor yang dapat mempengaruhinya:

 

1.      Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah faktor yang mempengaruhi dalam perkembangan body image seseorang (Phares, V., Steinberg, A. R., & Thompson, J. K. 2004; Cash, T. F., Melnyk, S. E., & Hrabosky, J. I. 2004;). Menurut Cash (1994) ketidakpuasan terhadap tubuh lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Pada umumnya wanita, lebih kurang puas dengan tubuhnya dan memiliki body image yang negatif. Pada wanita, persepsi body image yang buruk sering berhubungan dengan perasaan kelebihan berat badan. Sedangkan pada laki-laki lebih memperhatikan masa otot ketika mempertimbangkan body image mereka. Body image yang buruk dapat menyebabkan diet konstan dan diet yang bersifat sementara, obesity, dan gangguan makan serta dapat menyebabkan rendahnya harga diri, depresi, kecemasan dan keseluruhan tekanan emosional.

Dalam sebuah penelitian (Cash,1994) menjelaskan sekitar 40-70% gadis remaja tidak puas dengan dua atau lebih aspek dari tubuh mereka. Ketidakpuasan biasanya berfokus pada jaringan adiposa substansial dalam tubuh bagian tengah atau bawah, seperti pinggul, perut dan paha. Sebagai contohnya yaitu di berbagai negara maju, antara 50-80 % gadis remaja ingin menjadi langsing dan melakukan diet bervariasi dari 20% - 60% (Mansfield, L. 2011; Mansfield, L. 2011).  Sedangkan, pada seorang laki-laki juga ingin menghindari bentuk tubuh gemuk, lembek, namun dikalangan lelaki yang tidak puas dengan berat dan bentuk berusaha untuk menambah berat badan untuk mengembangkan lengan atas, dada dan bahu.

 

2.      Media massa

Tau gak sob, kini kita ada di jaman di mana media massa sudah lekat di kehidupan sehari-hari, mau di handphone, tv, dan sosial media. Media massa yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figure perempuan dan lelaki yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang. Menurut Tiggeman (Cash, 1994) menyatakan media massa menjadi pengaruh kuat dalam budaya sosial. Anak-anak dan remaja lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi dan kebanyakan orang dewasa membaca surat kabar harian dan majalah. Survey media massa menunjukkan 83% majalah fashion khususnya dibaca oleh mayoritas perempuan maupun anak perempuan. Cukup tinggi bukan? Konsumsi media yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen dalam berbagai cara. Biasanya, isi tayangan media massa sering menggambarkan standar kecantikan perempuan adalah tubuh yang kurus, dalam hal ini berarti level kekurusan yang dimiliki, kebanyakan wanita percaya mereka adalah orang-orang yang sehat. Media juga menggambarkan gambaran ideal bagi laki-laki adalah dengan memiliki tubuh yang berotot dan perut yang rata. Kita ambil contoh, misalkan sumber media seperti televisi, internet, dan majalah sering menayangkan iklan yang menggambarkan tipe tubuh yang ideal umum diterima daripada citra tubuh rata-rata untuk menjual produk mereka.Akibatnya, orang-orang, terutama anak-anak dan dewasa muda yang terlalu dipengaruhi dan terpengaruh oleh penggambaran seperti citra tubuh tersebut.

Levine dan Smolak (dalam Cash, 1994) menyimpulkan dengan melihat foto-foto model yang langsing membuat gadis dan perempuan merasa buruk tentang tubuh mereka, beberapa penelitian menunjukkan dampak negatif. Secara singkat media menciptakan citra seorang wanita itu langsing pada majalah fashion terbukti menyebabkan sejumlah efek negatif secara langsung termasuk perhatian yang lebih besar tentang berat badan, ketidakpuasan tubuh, suasana hati yang negatif ,dan penurunan persepsi daya tarik diri.


3.      Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering membuat orang merasa cemas dengan penampilannya dan gugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya. Seperti pada Rossen dan koleganya (Cash, 1994) menyatakan bahwa feedback terhadap penampilan dan kompetensi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan mengenai tubuh.

Setiap manusia pasti menerima feedback mengenai penampilan fisik mereka dari masyarakat, dapat diartikan bahwa seseorang mengembangkan persepsi tentang bagaimana seseorang melakukan perbandingan sosial, yang merupakan salah satu proses pembentukan dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik. Pikiran dan perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi orang lain. Dalam konteks perkembangan, body image berasal dari hubungan interpersonal. Perkembangan emosional dan pikiran individu juga berkontribusi pada bagaimana seseorang melihat dirinya. Maka, bagaimana seseorang berpikir dan merasa mengenai tubuhnya dapat mempengaruhi hubungan dan karakteristik psikologis.

Banyak hal yang dapat mempengaruhi body image. Thompson (2000) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi body image adalah

1.  Pengaruh berat badan dan persepsi gemuk/kurus

Keinginan untuk menjadikan berat badan tetap optimal dengan menjaga pola makan yang teratur, sehingga persepsi terhadap citra tubuh yang baik akan sesuai dengan diinginkan. 

2.  Budaya

Adanya pengaruh disekitar lingkungan individu dan bagaimana cara budaya berbicara akan norma-norma tentang penampilan fisik, dan ukuran tubuh yang menarik.

3.  Siklus hidup

Pada dasar Individu menginginkan untuk kembali memiliki bentuk tubuh seperti masa lalu.

4.  Masa kehamilan

Proses dimana individu bisa menjaga masa tumbuh kembang anak dalam kandungan, tanpa ada peristiwa-peristiwa pada masa kehamilan.

5.  Sosialisasi

Adanya pengaruh dari teman sebaya yang menjadikan individu ikut terpengaruh didalamnya.

6.  Konsep diri

Gambaran Individu terhadap dirinya, yang meliputi penilaian diri dan penilaian sosial.

7.  Peran gender

Dalam hal ini peran orang tua sangat penting bagi citra tubuh individu, sehingga menjadikan individu lebih cepat terpengaruh

8.  Pengaruh distorsi citra tubuh pada diri individu

Perasaan dan persepsi individu yang bersifat negatif terhadap tubuhnya yang dapat diikuti oleh sikap yang buruk.


Diantara faktor-faktor tersebut, yang memiliki pengaruh lebih besar adalah budaya, yang menjadikan keindahan tubuh dan standar tentang tubuh ditentukan oleh masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat menilai apa yang dikatakan indah, ideal, dan apa yang tidak. Kecantikan wanita yang ideal telah bervariasi dan berubah sesuai standar estetika jangka waktu tertentu dan sebagian besar wanita telah berusaha untuk mengubah diri mereka sendiri untuk memenuhi citra ideal ini. Apabila terdapat kesenjangan yang terlalu jauh antara tubuh nyatanya dengan tubuh idealnya, individu akan merasa kecewa, frustasi, sedih atau merasa ada satu kebutuhan yang tidak terpenuhi. Media massa menjadi faktor yang penting dalam membentuk nilai-nilai yang dianut di masyarakat. Melalui media massa, tubuh yang ideal terbentuk di masyarakat.

Di Indonesia sendiri dapat dilihat peran media massa mulai mempunyai pengaruh dalam membentuk pikiran tentang penampilan dan body image, pada iklan-iklan kosmetik sering digunakan model wanita dengan kulit yang putih, tubuh yang langsing, secara tidak sadar masyarakat menganggap tubuh ideal seorang wanita adalah yang memiliki kulit putih dan bertubuh langsing.





REFERENSI

Denich, A. U., & Ifdil, I. (2015). Konsep body image remaja putri. Jurnal Konseling dan Pendidikan, 3(2), 55-61.

MUDA, P. W. U., & SANTYA, S. M. ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BODY IMAGE.

 


Komentar